JAKARTA - Harga batu bara Indonesia mengalami fluktuasi signifikan sepanjang Agustus 2025. Setelah sempat terkoreksi hampir 5%, pasar kini menyoroti kemungkinan pergerakan harga di bulan September. Pergerakan ini tidak lepas dari kombinasi faktor internal dan global yang memengaruhi perdagangan komoditas energi ini.
Harga Batu Bara Terpantau Naik Tipis di Akhir Agustus
Pada akhir perdagangan Agustus, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan berikutnya ditutup pada level US$ 109,6 per ton. Kenaikan tipis sebesar 0,05% dibandingkan hari sebelumnya menunjukkan bahwa meski harga masih terkoreksi selama sebulan, pasar mencoba menemukan titik stabilnya.
Namun, secara mingguan, komoditas ini membukukan koreksi terdalam dalam tujuh pekan terakhir. Jika dilihat sepanjang Agustus, harga batu bara turun sekitar 4,74%, mencerminkan tekanan pasar yang cukup kuat di tengah perubahan kebijakan pemerintah dan dinamika permintaan global.
Dampak Pencabutan Harga Patokan Batu Bara (HPB)
Salah satu faktor utama penurunan harga adalah keputusan pemerintah Indonesia mencabut kewajiban penggunaan Harga Patokan Batu Bara (HPB) untuk ekspor. Dengan pencabutan ini, produsen memiliki fleksibilitas untuk menetapkan harga jual sesuai mekanisme pasar, bukan lagi terikat harga acuan yang ditetapkan pemerintah.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Sudirman Widhy Hartono, menekankan pentingnya mekanisme pasar untuk transaksi ekspor. Menurutnya, mandatori harga acuan kerap membuat produsen kesulitan, karena pembeli dari luar negeri, seperti China dan India, enggan membeli dengan harga yang ditetapkan pemerintah.
“Kalau dipatok, misalnya harus dengan harga yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM, malah bagi produsen kesusahan. Penyebabnya, belum tentu pembeli dari luar itu mau menurunkan harga yang diminta oleh penjual tersebut. Faktanya seperti itu,” ujar Sudirman.
Akibat kebijakan ini, pasokan batu bara Indonesia diperkirakan berlimpah di pasar dunia, yang menekan harga pada Agustus. Meski demikian, fleksibilitas ini memberi ruang bagi produsen untuk menyesuaikan harga dengan permintaan global.
Analisis Teknis: Zona Bearish Masih Menghantui
Dari sisi teknikal, harga batu bara masih menunjukkan tekanan bearish. Indikator Relative Strength Index (RSI) bulanan tercatat 41, menandakan bahwa aset ini berada dalam fase pelemahan. RSI di bawah 50 biasanya menjadi sinyal bahwa pasar sedang dalam posisi bearish, dan harga bisa tetap tertekan dalam jangka pendek.
Sementara itu, indikator Stochastic RSI berada di level 58, menunjukkan adanya potensi pergerakan bullish meski belum cukup kuat. Artinya, peluang untuk rebound ada, tetapi kekuatan beli belum cukup signifikan untuk mengubah tren secara drastis.
Secara teknikal, pivot point yang menjadi acuan untuk September berada di US$ 113 per ton. Dari titik ini, harga batu bara berpotensi menguji level resisten di rentang US$ 115-119 per ton. Jika momentum positif cukup kuat, harga bisa menembus resisten lanjutan di kisaran US$ 120-126 per ton.
Sebaliknya, target support terdekat berada di US$ 107 per ton. Penembusan ke bawah level ini berisiko menekan harga lebih jauh ke kisaran US$ 106-104 per ton, memperkuat tren koreksi.
Prospek Harga Batu Bara untuk September
Melihat dinamika pasokan dan permintaan global, September diperkirakan menjadi bulan kunci bagi harga batu bara. Pencabutan HPB memberi ruang bagi penyesuaian harga sesuai pasar, sementara ketegangan geopolitik dan kebutuhan energi di negara-negara importir besar akan menjadi faktor penentu.
Dengan potensi rebound teknikal dari pivot point US$ 113 per ton, pasar menunggu indikator ekonomi dan laporan ekspor-impor untuk menentukan arah selanjutnya. Para analis menekankan pentingnya mencermati pergerakan harga harian dan mingguan, karena volatilitas masih tinggi akibat intervensi kebijakan maupun fluktuasi permintaan global.
Harga batu bara Indonesia menutup Agustus 2025 dengan koreksi hampir 5% akibat kebijakan baru pencabutan HPB dan tekanan permintaan global. Meski pasar masih berada dalam zona bearish, ada peluang bagi harga untuk naik di September dengan level pivot di US$ 113 per ton sebagai titik acuan. Produsen dan investor disarankan mengikuti pergerakan teknikal dan berita pasar secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat.
Dengan kombinasi analisis fundamental dan teknikal, batu bara tetap menjadi komoditas yang menarik untuk dipantau, terutama di tengah ketidakpastian pasokan global dan perubahan mekanisme harga ekspor Indonesia.