JAKARTA - Kegagalan Timnas Putri Indonesia dalam kualifikasi Piala Asia 2026 menjadi momentum penting bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mengevaluasi arah pembangunan tim, terutama di sektor kepelatihan. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyampaikan keprihatinannya atas hasil yang diraih anak asuh Satoru Mochizuki dan menegaskan bahwa kontrak sang pelatih akan menjadi perhatian khusus.
Tim Garuda Pertiwi harus mengakui keunggulan Chinese Taipei dengan skor tipis 1-2. Kekalahan ini menjadi pukulan menyakitkan, sebab menutup peluang Indonesia untuk tampil di turnamen level benua tersebut. Mochizuki yang memimpin skuad sejak awal masa kualifikasi, kini harus menghadapi kenyataan bahwa performa tim tidak mampu memenuhi ekspektasi federasi.
“Sempat menyamakan kedudukan setelah tertinggal, Timnas Indonesia Putri harus mengakui keunggulan Chinese Taipei Putri di akhir laga,” ujar Erick Thohir merespons jalannya pertandingan. Ia menambahkan bahwa meski kalah, semangat juang para pemain tetap patut diapresiasi.
Namun, apresiasi terhadap semangat saja tidak cukup. PSSI telah menyatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Mochizuki yang dinilai belum mampu membawa perubahan signifikan. “Kontrak coach Mochizuki bersama Timnas Indonesia Putri sampai Desember 2025. Nanti kami review,” tegas Erick dalam keterangannya di Jakarta.
Pelatih asal Jepang tersebut hanya mampu membawa tim finis di posisi ketiga klasemen akhir grup. Dari tiga laga yang dijalani, Garuda Pertiwi hanya mencatatkan satu kemenangan, dan dua kekalahan yang akhirnya mengubur mimpi lolos ke putaran final.
Padahal, ekspektasi tinggi sempat mengemuka ketika tim menunjukkan perlawanan sengit dalam beberapa laga uji coba sebelumnya. Namun, konsistensi yang belum terbentuk serta koordinasi lini belakang yang rawan dieksploitasi membuat tim kehilangan poin penting.
“Saya mengapresiasi mereka. Tadi, saya bilang ke ruang ganti. Dan, sekarang kita fokus di persiapan AFC U-19, nanti timnya dibagi dua. Lalu, tim seniornya untuk yang AFF,” ujar Erick, menandakan bahwa evaluasi juga akan menyentuh struktur tim ke depan, termasuk pemisahan skuad sesuai kompetisi yang akan dihadapi.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa PSSI tidak tinggal diam. Erick mengisyaratkan akan ada restrukturisasi internal dalam tim wanita, termasuk pendekatan taktik dan strategi baru, apalagi Timnas Indonesia Putri masih memiliki agenda penting lain seperti Kejuaraan AFF dan AFC U-19.
Di sisi lain, Erick tetap memberikan penghargaan moral atas perjuangan tim yang melawan negara yang secara peringkat FIFA jauh lebih unggul. Chinese Taipei saat ini berada di posisi ke-42 dunia versi peringkat FIFA per 12 Juni 2025, sedangkan Indonesia berada jauh di bawah.
“Terima kasih Timnas Indonesia Putri telah berjuang sekuat tenaga menghadapi Chinese Taipei Putri yang berada di peringkat ke-42 ranking FIFA,” kata Erick dengan penuh haru.
Walau gagal melangkah ke Piala Asia, perjalanan skuad wanita Indonesia belum berakhir. Sejumlah turnamen regional dan kelompok usia masih menjadi target berikutnya. PSSI pun menilai perlu ada pembenahan jangka panjang, termasuk dalam sistem kompetisi, pemantauan bakat muda, dan kesinambungan antara tim junior dan senior.
Dalam waktu dekat, Erick menyebut bahwa fokus federasi akan terbagi pada dua agenda. Tim senior akan diarahkan ke kompetisi AFF, sementara skuad muda akan dipersiapkan mengikuti AFC U-19. Pendekatan ini diyakini dapat memperkuat fondasi masa depan Timnas Putri.
Evaluasi terhadap pelatih kepala Satoru Mochizuki sendiri bukan hanya menyangkut hasil akhir di kualifikasi, tetapi juga menyangkut aspek pengembangan tim, adaptasi taktik, dan progres selama masa kepemimpinannya. Erick menegaskan, keputusan soal masa depan Mochizuki akan diambil dengan pertimbangan matang dan berdasarkan capaian nyata selama masa kerjanya.
Langkah Erick Thohir ini dinilai banyak pihak sebagai langkah realistis. Pengembangan timnas putri memang bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi juga menyangkut keberlanjutan dan sistem yang kuat. PSSI berkomitmen membentuk tim nasional wanita yang bisa bersaing di tingkat regional dan Asia, dengan dukungan struktur pembinaan yang lebih modern dan pelatih berkualitas.
Kekalahan dari Chinese Taipei menjadi pengingat bahwa sepak bola wanita Indonesia masih memiliki tantangan besar. Namun, evaluasi menyeluruh yang dijanjikan PSSI menjadi sinyal bahwa transformasi akan terus dilakukan. Langkah pembinaan dini dan pemisahan tim sesuai kompetisi yang relevan merupakan bagian dari strategi jangka panjang federasi.
Kini publik menunggu gebrakan selanjutnya dari federasi, apakah evaluasi tersebut akan membawa perubahan besar di tubuh tim nasional wanita, atau justru menjadi momentum pembelajaran untuk menata ulang sistem pembinaan sepak bola wanita Indonesia secara menyeluruh. Yang jelas, janji Erick Thohir untuk melakukan review menyeluruh menjadi titik awal perubahan yang dinanti.