OTOMOTIF

IMI Didorong Jadi Motor Industri Otomotif

IMI Didorong Jadi Motor Industri Otomotif
IMI Didorong Jadi Motor Industri Otomotif

JAKARTA - Transformasi besar sedang dirancang oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan industri otomotif di Indonesia. Tak hanya berhenti sebagai organisasi penggemar balap, IMI kini diarahkan untuk menjadi kekuatan penggerak industri otomotif nasional yang inklusif, berdaya saing, dan berdampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.

Di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo yang lebih dikenal sebagai Bamsoet IMI mulai membuka babak baru dalam kiprahnya. Ia menegaskan bahwa organisasi ini tidak lagi cukup hanya menjadi tempat berkumpulnya komunitas balap, tetapi harus mampu menjadi rumah besar bagi seluruh insan otomotif tanah air. Baik roda dua maupun roda empat, dari pegiat hobi hingga pelaku industri, seluruhnya diharapkan bersinergi dalam satu ekosistem yang terstruktur.

“Saat IMI bukan lagi sekadar organisasi balap, karena itu kita berkeinginan ini menjadi rumah besar bagi seluruh komunitas otomotif, mulai dari pecinta hingga pelaku industri. Baik roda dua maupun roda empat, semua harus bersatu dalam satu ekosistem,” ujar Bamsoet.

Langkah-langkah strategis telah disiapkan Bamsoet. Salah satunya adalah reformasi menyeluruh dalam tata kelola organisasi dan sistem pembinaan atlet balap. Menurutnya, pembangunan SDM di bidang otomotif tidak boleh dilakukan secara sembarangan atau terputus-putus. Diperlukan sistem yang berjenjang dan berkesinambungan, mulai dari tingkat nasional hingga ke daerah, dan bukan hanya bertumpu pada aktivitas klub.

"Model pembinaan harus runtut  dari pusat ke provinsi, lalu ke kabupaten/kota, baru ke klub. Dengan sistem ini, bibit-bibit muda dari daerah akan lebih mudah terdeteksi dan berkembang," jelas Bamsoet.

Pembenahan ini juga menyasar pada upaya advokasi kebijakan publik agar lebih berpihak pada pengembangan olahraga otomotif dan industri pendukungnya. Salah satu isu yang disorot adalah persoalan fiskal. Bamsoet mengkritisi pemberlakuan pajak yang sama antara kendaraan balap dengan kendaraan komersial biasa.

“Spare part, motor, dan mobil balap dikenai pajak seperti kendaraan biasa. Ini tidak masuk akal. Para pembalap adalah atlet profesional, bahkan pahlawan olahraga di bidang otomotif. Sudah saatnya mereka diberi perlakuan khusus,” tegasnya.

Dorongan Bamsoet terhadap insentif fiskal tidak hanya demi keadilan bagi atlet balap, tetapi juga untuk memperkuat daya saing industri otomotif nasional. Ia berharap pemerintah dapat menerapkan perlakuan serupa dengan cabang olahraga prioritas lain, mengingat dampaknya terhadap penciptaan prestasi serta munculnya industri otomotif pendukung.

Lebih dari sekadar reformasi internal, Bamsoet juga membawa visi besar untuk mendongkrak posisi Indonesia dalam peta balap internasional. Mimpinya adalah membawa ajang balap bergengsi Formula 1 (F1) ke Tanah Air, tepatnya ke Sirkuit Mandalika di Nusa Tenggara Barat.

Menurutnya, sirkuit ini memiliki potensi besar untuk ditingkatkan dari level sertifikasi FIA Grade 3 menjadi Grade 1, yakni syarat minimum untuk menggelar ajang F1.

“Saya yakin Sirkuit Mandalika bisa ditingkatkan. Mimpi saya adalah menyelenggarakan F1 di Indonesia, dan itu bukan tidak mungkin. Butuh waktu, tapi sangat layak diperjuangkan,” ujarnya dengan optimisme.

Proyeksi ini tentu tidak murah. Dibutuhkan investasi besar serta perbaikan infrastruktur teknis agar bisa memenuhi standar internasional tertinggi. Namun Bamsoet yakin dengan dukungan pemerintah, sektor swasta, serta komunitas otomotif, ambisi ini bisa menjadi kenyataan. Ia menyebutnya sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan citra dan posisi Indonesia di mata dunia.

Lebih lanjut, Bamsoet menyoroti pentingnya menjadikan IMI sebagai mitra strategis pemerintah dalam merumuskan kebijakan dan regulasi di bidang otomotif. Saat ini, IMI telah membina lebih dari 200 klub otomotif di seluruh Indonesia. Tidak hanya mendukung edukasi dan kegiatan komunitas, IMI juga aktif dalam program-program regulasi keselamatan berkendara dan budaya tertib lalu lintas.

Di tengah upaya transformasi itu, ada kabar menggembirakan dari pembinaan atlet muda. Tiga pembalap muda Indonesia sudah berhasil menembus ajang internasional. Salah satu yang paling menonjol adalah Fadillah Arbi Aditama, yang tampil di Moto3. Ini menjadi bukti konkret bahwa sistem pembinaan yang tepat dapat menghasilkan prestasi di level dunia.

“Apalagi saat ini kita sudah punya pembalap yang tampil di ajang internasional. Ini bukti bahwa potensi kita besar. Sekarang tinggal bagaimana sistemnya diperbaiki dan diberikan dukungan penuh,” pungkas Bamsoet.

Transformasi IMI menjadi pilar penggerak industri otomotif nasional bukan sekadar wacana. Dengan arah kebijakan yang kuat, dukungan komunitas, dan semangat untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam peta otomotif global, masa depan IMI tampak menjanjikan. Tantangan tentu ada, tetapi dengan visi yang jelas dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia punya peluang besar untuk tampil sebagai kekuatan baru dalam industri otomotif dunia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index