JAKARTA - Pembangunan infrastruktur jalan tol bukan sekadar membuka jalur transportasi, tetapi juga menjadi motor penggerak pertumbuhan wilayah yang selama ini tertinggal. Inilah yang tengah diupayakan lewat percepatan proyek Tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi), khususnya pada pembangunan Paket 1 yang menjadi bagian dari jaringan utama di Jawa Timur.
Proyek tol ini digadang-gadang tidak hanya mempermudah konektivitas antarwilayah di provinsi tersebut, tetapi juga menghadirkan solusi konkret terhadap isu pemerataan ekonomi dan efisiensi logistik nasional. Jalur ini nantinya akan menghubungkan kawasan pinggiran yang sebelumnya sulit diakses, menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.
Pembangunan Tol Probowangi bukanlah proyek biasa. Keberadaannya diposisikan sebagai salah satu bagian penting dari strategi nasional dalam memperkuat ketahanan infrastruktur transportasi serta membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat lokal untuk tumbuh dan berkembang bersama laju pembangunan.
- Baca Juga Olahraga Futsal dan Kenangan Milenial
Dalam pernyataannya, Sekretaris Perusahaan PT Brantas Abipraya, Dian Sovana menegaskan bahwa proyek ini membawa banyak manfaat, baik dari segi logistik maupun kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sekitar.
"Sehingga tidak hanya berdampak pada efisiensi logistik, tetapi juga membawa manfaat sosial dan ekonomi yang nyata bagi masyarakat sekitar," ujar Dian Sovana.
PT Brantas Abipraya merupakan kontraktor utama sekaligus salah satu pemegang saham dalam proyek tersebut. Dengan kehadirannya, perusahaan ini tidak hanya berkomitmen menyelesaikan pembangunan fisik infrastruktur, tetapi juga berusaha untuk memberikan kontribusi nyata terhadap lingkungan sosial di sekitar proyek. Salah satunya adalah melalui pemberdayaan tenaga kerja lokal.
Lebih dari 100 pekerja dari masyarakat sekitar telah terlibat dalam pelaksanaan proyek Tol Probowangi Paket 1. Keterlibatan mereka menjadi bagian dari strategi inklusif perusahaan dalam menghadirkan pembangunan yang partisipatif serta berorientasi pada penguatan ekonomi lokal. Artinya, tol ini bukan hanya jalan untuk kendaraan, tetapi juga jalan pembuka bagi kesejahteraan masyarakat yang sebelumnya tidak mendapatkan akses pekerjaan layak.
Dengan panjang total sekitar 12,881 kilometer ditambah 2,850 kilometer tambahan, proyek ini mencerminkan upaya besar dalam menembus kawasan-kawasan yang selama ini belum tersentuh oleh pembangunan masif. Proyek yang sudah dimulai sejak awal 2023 ini ditargetkan rampung pada September 2025, dan kini pengerjaannya terus dikebut demi mencapai target waktu yang telah ditetapkan.
Tak hanya mengandalkan metode konvensional, proyek Tol Probowangi juga mengusung pendekatan berbasis teknologi tinggi. Salah satunya adalah penggunaan teknologi Building Information Modeling (BIM) yang memungkinkan proses konstruksi berjalan lebih efisien, transparan, serta meminimalkan risiko kesalahan. BIM memungkinkan para insinyur dan pelaksana proyek untuk merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi setiap tahapan pembangunan secara presisi berbasis data digital yang akurat.
Inovasi teknologi ini menjadi cerminan dari upaya modernisasi sektor konstruksi di Indonesia, yang tidak lagi hanya bergantung pada metode manual, tetapi mulai bertransformasi menuju sistem digital yang lebih terintegrasi. Dengan begitu, setiap tahap pekerjaan, penggunaan material, hingga pengelolaan dampak lingkungan dapat dikendalikan secara lebih sistematis.
Lebih lanjut, Dian Sovana menyampaikan bahwa proyek ini tidak berhenti pada pembangunan jalan semata. Dalam perspektif PT Brantas Abipraya, membangun jalan tol juga berarti membangun kehidupan masyarakat di sekitarnya.
"Tidak hanya sebatas membangun infrastruktur, tetapi juga turut membangun kehidupan sebagai bentuk kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga lingkungan di sekitar proyek,” tambah Dian.
Komitmen untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan menjadi aspek penting yang tidak dikesampingkan. Dalam konteks proyek skala besar seperti ini, aspek sosial dan lingkungan menjadi dua elemen penting yang dapat menentukan keberhasilan jangka panjang. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan tidak hanya berorientasi pada kecepatan dan hasil fisik, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya secara luas terhadap masyarakat dan ekosistem sekitar.
Kehadiran Tol Probolinggo–Banyuwangi juga akan memperkuat jaringan logistik di wilayah timur Pulau Jawa. Daerah-daerah seperti Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi yang sebelumnya kurang terakses akan memperoleh jalur transportasi langsung menuju wilayah industri, pelabuhan, serta pusat-pusat ekonomi lainnya di Jawa Timur. Ini tentu akan memangkas waktu tempuh dan menurunkan biaya logistik yang selama ini menjadi hambatan besar bagi pelaku usaha lokal.
Secara makro, keberadaan infrastruktur ini juga akan mendorong terciptanya ekosistem ekonomi baru, terutama di sektor pariwisata dan agribisnis yang menjadi unggulan wilayah timur Jawa. Potensi wisata di Banyuwangi dan sekitarnya bisa dikembangkan lebih optimal, karena dukungan akses yang memadai akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta memperbesar peluang investasi.
Dengan sinergi antara pemerintah, pelaksana proyek, dan masyarakat lokal, proyek Tol Probowangi diharapkan menjadi salah satu model pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang memberikan manfaat luas bagi semua pihak. Ke depan, jalan ini bukan hanya akan menjadi penghubung antarwilayah, tetapi juga simbol dari semangat pembangunan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang.