JAKARTA - Optimisme perbankan nasional tampaknya tercermin kuat dalam kinerja Bank Permata pada paruh pertama 2025. Bank ini menunjukkan pertumbuhan kredit yang solid, dipacu oleh ekspansi di segmen korporasi dan komersial, serta peningkatan kepercayaan nasabah terhadap strategi bisnis yang dijalankan. Meski pertumbuhan positif terus berlanjut, ada sinyal kehati-hatian yang muncul dari sisi likuiditas, seiring dengan meningkatnya Loan-to-Deposit Ratio (LDR) bank.
Pertumbuhan kredit yang dicatatkan Bank Permata hingga pertengahan 2025 mencapai 7,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), angka yang tidak jauh berbeda dari pertumbuhan industri perbankan nasional yang tercatat sebesar 7,7% YoY. Hal ini membuat total portofolio kredit bank tersebut kini mencapai Rp 162,6 triliun, mempertegas posisi bank sebagai salah satu pemain penting di sektor keuangan nasional.
Direktur Utama Bank Permata, Meliza M. Rusli, menegaskan bahwa kinerja tersebut bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari konsistensi penerapan strategi yang tepat dan kepercayaan yang terus tumbuh dari nasabah.
“Pertumbuhan kredit mencerminkan kepercayaan nasabah serta disiplin pelaksanaan strategi bisnis kami,” ujar Meliza dalam pernyataan resmi.
Kredit Korporasi dan Komersial Jadi Ujung Tombak
Jika ditelaah lebih dalam, kontribusi utama terhadap pertumbuhan kredit datang dari sektor korporasi dan komersial. Kedua segmen ini mencatatkan pertumbuhan dua digit dan menjadi penopang utama ekspansi portofolio bank.
Kredit korporasi tumbuh 9,3% YoY, mencapai Rp 97,1 triliun
Kredit komersial meningkat 12,2% YoY menjadi Rp 20,7 triliun
Sementara itu, kredit konsumer pun ikut menunjukkan tren positif, naik 1,7% YoY menjadi Rp 44,1 triliun
Pertumbuhan tersebut mencerminkan kebutuhan pembiayaan sektor usaha yang terus meningkat, serta peran aktif Bank Permata dalam mendukung dunia usaha lewat layanan kredit yang kompetitif dan adaptif terhadap kebutuhan pasar.
Kualitas Aset Semakin Sehat
Meski ekspansi kredit terus dilakukan, Bank Permata tetap mampu menjaga kualitas asetnya dengan baik. Hal ini terlihat dari penurunan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) Gross dari 2,4% pada Juni tahun sebelumnya menjadi 2,1% pada tahun ini. Demikian pula Loan at Risk (LAR) juga mengalami perbaikan, turun dari 7,8% menjadi 7%.
Pendekatan kehati-hatian dan pengelolaan risiko menjadi kunci dalam menjaga kualitas portofolio kredit. Untuk itu, bank memperkuat pencadangan kerugian kredit melalui pembentukan NPL Coverage Ratio sebesar 346%, dan LAR Coverage Ratio sebesar 101%, mencerminkan kesiapan menghadapi risiko pembiayaan yang mungkin terjadi.
“Dalam menyelesaikan kredit bermasalah, kami terus melakukan restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset secara konsisten,” ungkap Meliza.
Langkah ini menunjukkan pendekatan konservatif yang diterapkan bank dalam menjaga daya tahan terhadap volatilitas risiko kredit yang bisa datang dari berbagai sektor ekonomi.
Dana Murah Naik, Tapi Likuiditas Perlu Diwaspadai
Dari sisi pendanaan, Bank Permata berhasil menghimpun simpanan sebesar Rp 189,3 triliun, yang ditopang oleh lonjakan dana murah (Current Account and Savings Account/CASA) sebesar 9,9% YoY. Kenaikan ini turut mendorong rasio CASA dari 56,3% menjadi 62,7%, mengindikasikan peningkatan efisiensi biaya dana (cost of fund).
Namun demikian, terdapat tantangan baru di sisi likuiditas. Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Bank Permata naik signifikan menjadi 85,6%, dibandingkan posisi tahun lalu yang berada di level 78,2%. Kenaikan LDR ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit sudah mulai mendekati batas kapasitas pendanaan, yang bisa menjadi perhatian ke depan apabila tren pertumbuhan simpanan tidak mampu mengimbangi laju ekspansi kredit.
Kondisi ini mengisyaratkan perlunya strategi pengelolaan likuiditas yang lebih ketat, terutama jika bank ingin terus mendorong pertumbuhan pembiayaan tanpa mengorbankan stabilitas pendanaan jangka pendek.
Prospek Masih Cerah, Tapi Tetap Waspada
Secara keseluruhan, performa Bank Permata selama semester pertama 2025 mencerminkan keseimbangan antara ekspansi dan kehati-hatian. Di satu sisi, bank mampu mencatat pertumbuhan kredit yang positif, terutama di sektor produktif. Di sisi lain, penguatan kualitas aset dan pencadangan risiko menunjukkan komitmen dalam menjaga kestabilan finansial jangka panjang.
Namun, dengan meningkatnya LDR dan potensi tekanan dari sisi likuiditas, langkah strategis ke depan perlu lebih terukur. Penguatan basis dana pihak ketiga (DPK), diversifikasi sumber pembiayaan, serta menjaga efisiensi operasional menjadi kunci dalam mempertahankan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.
Kinerja Bank Permata hingga pertengahan 2025 menjadi cerminan bagaimana strategi korporasi yang disiplin, didukung oleh tata kelola risiko yang solid, dapat mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di tengah dinamika ekonomi nasional. Dengan menjaga momentum yang telah tercipta, bank ini diproyeksikan masih punya ruang untuk terus tumbuh, sambil tetap memperhatikan risiko makro yang dapat memengaruhi sektor keuangan secara keseluruhan.