JAKARTA - Dalam upaya memperkuat ketahanan institusional dan mempercepat transformasi digital di sektor pengawasan keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mengembangkan sistem informasi terintegrasi yang disebut SI-GRC. Sistem ini dirancang untuk meningkatkan efektivitas tata kelola organisasi melalui pendekatan menyeluruh terhadap tiga pilar utama: governance (tata kelola), risk (risiko), dan compliance (kepatuhan).
Pengembangan SI-GRC menandai babak baru dalam bagaimana OJK membangun sistem pengawasan internal yang lebih adaptif, akuntabel, dan efisien. Sistem ini hadir dalam momen penting Forum Risk and Quality Officer (RQO), sebuah ajang internal yang menjadi ruang kolaborasi dan refleksi strategis antarunit kerja OJK dalam memperkuat integritas dan efektivitas organisasi.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menekankan bahwa kehadiran SI-GRC adalah bagian dari komitmen OJK sebagai regulator dalam menjawab tantangan ekonomi global yang semakin kompleks. Salah satunya adalah meningkatnya kebutuhan akan manajemen risiko siber yang tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif melalui investasi berkelanjutan di bidang teknologi dan sumber daya manusia.
“Implementasi SI-GRC akan menjadi alat bantu penting dalam memastikan bahwa pengelolaan risiko dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi dari level Satuan Kerja hingga OJK secara keseluruhan,” jelas Mahendra.
SI-GRC bukan hanya sistem pelaporan digital biasa. Ia dirancang sebagai platform manajemen risiko dan kepatuhan yang komprehensif, memfasilitasi pelacakan real-time terhadap potensi risiko, efektivitas pengendalian internal, serta tindak lanjut audit. Dengan memanfaatkan teknologi dashboard interaktif, sistem ini memungkinkan pimpinan satuan kerja dan pejabat pengendali mutu memantau kondisi organisasi secara langsung dan cepat, sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan berbasis data yang akurat dan mutakhir.
Lebih lanjut, Mahendra menyampaikan bahwa Forum RQO merupakan titik penting dalam penguatan peran pimpinan satuan kerja dan pejabat pengawasan mutu dalam mendukung agenda strategis OJK. Di tengah kompleksitas dunia keuangan, tata kelola organisasi yang kuat dan terstruktur merupakan fondasi utama bagi stabilitas dan pertumbuhan industri jasa keuangan.
Tak hanya soal sistem, OJK menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia sebagai elemen krusial dalam implementasi tata kelola yang baik. Kualitas dan kapabilitas insan OJK, termasuk kemampuan mereka untuk berinovasi dan beradaptasi, menjadi faktor penentu dalam menjaga ketangguhan institusi di masa depan.
“Peningkatan peran strategis dan kesadaran risiko (risk awareness) seluruh Pimpinan Satuan Kerja sebagai lini pertama, termasuk RQO, sangat dibutuhkan dalam penguatan SI-GRC,” ujar Mahendra.
Sementara itu, Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena, mengungkapkan bahwa sistem SI-GRC bukanlah proyek yang instan. Ia merupakan hasil dari proses panjang yang telah dirintis sejak sebelum 2019, berawal dari kebutuhan mendesak untuk menyatukan berbagai sistem informasi yang sebelumnya berjalan terpisah antarsatuan kerja.
“Saat itu, sistem informasi masih berjalan terpisah antarsatuan kerja. Seiring meningkatnya kebutuhan terhadap data yang efisien, cepat, dan akurat, OJK kemudian mengembangkan SI-GRC sebagai platform terintegrasi untuk mendukung tata kelola organisasi,” ungkap Sophia.
Sophia menambahkan, SI-GRC kini menjadi sistem terpadu yang menyatukan informasi manajemen risiko dan pengendalian internal ke dalam satu platform. Sistem ini dilengkapi dengan dashboard interaktif yang memungkinkan penyajian laporan secara real-time, termasuk data statistik kejadian risiko, tindakan mitigasi, laporan IRU (Internal Risk Update), hingga pemantauan tindak lanjut hasil audit dan CACM (Corrective Action and Control Monitoring).
“SI-GRC telah menyatukan sistem informasi manajemen risiko dan pengendalian internal ke dalam satu platform, yang dilengkapi dengan dashboard interaktif untuk menyajikan laporan risiko secara real-time, mulai dari statistik kejadian dan mitigasi risiko, IRU, hingga pemantauan tindak lanjut CACM,” jelas Sophia.
Peluncuran sistem ini juga menjadi simbol konsistensi OJK dalam membangun budaya kerja yang lebih transparan, berbasis risiko, serta menempatkan integritas sebagai prinsip utama. Sistem ini menjadi alat bantu strategis yang tidak hanya mempermudah proses pengawasan internal, tetapi juga mendorong terciptanya budaya kerja yang lebih sadar risiko dan akuntabel di setiap lini organisasi.
Dengan implementasi SI-GRC, OJK berharap dapat mendorong setiap unit kerja untuk lebih terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan risiko. Tidak hanya menunggu audit atau pemeriksaan, tetapi secara proaktif melakukan identifikasi, evaluasi, dan mitigasi risiko sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari.
Inisiatif ini sekaligus menunjukkan bahwa digitalisasi bukan hanya soal kecepatan, melainkan juga soal kualitas tata kelola. Sistem ini memfasilitasi proses pelaporan dan pemantauan yang lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, sekaligus menciptakan jejak digital yang rapi untuk proses evaluasi dan akuntabilitas.
OJK pun berkomitmen untuk terus menyempurnakan SI-GRC melalui pembaruan teknologi dan peningkatan kapasitas pengguna. Proses pelatihan dan pendampingan kepada unit-unit kerja akan dilakukan secara berkelanjutan agar implementasi sistem ini benar-benar memberikan nilai tambah dalam pengambilan kebijakan dan pengelolaan risiko.
Secara keseluruhan, SI-GRC menjadi simbol kemajuan tata kelola organisasi di OJK bukan hanya sebagai regulator yang menuntut kepatuhan dari pelaku industri, tetapi juga sebagai institusi yang mencontohkan disiplin internal yang kuat. Dengan sistem yang terintegrasi dan SDM yang berkompeten, OJK ingin memastikan bahwa pengawasan terhadap sektor jasa keuangan dilakukan secara profesional, berintegritas, dan tanggap terhadap perubahan zaman.