UMKM

Batik Barata Tegalwaru: UMKM Kreatif

Batik Barata Tegalwaru: UMKM Kreatif
Batik Barata Tegalwaru: UMKM Kreatif

JAKARTA - Desa Tegalwaru, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember, dikenal tidak hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena potensi ekonomi berbasis budaya lokal. Salah satu wujudnya adalah UMKM Batik Barata, yang sejak 2015 telah menjadi ikon batik tradisional di desa ini. Keberadaan UMKM ini menunjukkan bagaimana kreativitas lokal dapat menjadi sumber penghasilan sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat.

Awal Berdirinya Batik Barata

Batik Barata didirikan oleh Bapak Hendik Freadianto setelah mengikuti pelatihan membatik. Awalnya, produksi batik dilakukan dengan teknik tulis yang memerlukan ketelitian tinggi dan waktu lama. Pada 2018, Batik Barata mulai mengembangkan teknik cap untuk meningkatkan kapasitas produksi tanpa mengurangi kualitas motif. Produk yang dihasilkan mengangkat nuansa alam, budaya lokal, dan nilai-nilai tradisional masyarakat Jawa Timur.

Proses Produksi dan Tenaga Kerja

UMKM ini memberdayakan empat tenaga kerja lokal yang terlibat pada setiap tahapan produksi, mulai dari persiapan bahan, pencantingan, hingga pewarnaan. Dengan demikian, Batik Barata tidak hanya memproduksi batik berkualitas, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. Kehadiran tenaga kerja lokal ini sekaligus meningkatkan keterampilan masyarakat dan menumbuhkan semangat kewirausahaan generasi muda.

Pemasaran dan Pengakuan

Produk Batik Barata dipasarkan secara offline melalui pameran UMKM dan online melalui platform digital. Beberapa produk bahkan telah digunakan dalam acara resmi seperti Jember Fashion Carnival (JFC) dan dijadikan seragam oleh institusi pendidikan maupun pemerintahan di Kabupaten Jember. Strategi pemasaran yang beragam ini membantu Batik Barata menjangkau konsumen lokal hingga luar daerah, sekaligus menegaskan kualitas batik sebagai identitas budaya yang bisa bersaing di pasar modern.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Kehadiran Batik Barata membawa dampak positif bagi masyarakat Desa Tegalwaru. Pertama, meningkatkan pendapatan keluarga dari penjualan batik. Kedua, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui aktivitas produksi dan distribusi. Ketiga, menumbuhkan budaya kewirausahaan di kalangan warga desa, terutama generasi muda yang mulai melihat peluang bisnis dari kekayaan budaya mereka sendiri.

Tantangan dan Konsistensi

Meskipun sempat menghadapi penurunan omzet pada masa pandemi Covid-19, Batik Barata tetap konsisten mempertahankan kualitas produk. Komitmen ini menjadi kunci keberlanjutan usaha, menjaga reputasi, dan membuat konsumen tetap percaya pada kualitas batik. Tantangan yang dihadapi UMKM seperti fluktuasi permintaan dan kendala produksi diatasi dengan inovasi teknik dan strategi pemasaran yang adaptif.

Desa Tegalwaru Sebagai Sentra Batik

Dengan potensi dan inovasi yang ada, Desa Tegalwaru kini mulai dikenal sebagai salah satu sentra batik penting di Kabupaten Jember. Keberhasilan Batik Barata membuktikan bahwa UMKM berbasis budaya dapat menjadi pendorong ekonomi sekaligus memperkuat identitas lokal. Desa Tegalwaru menjadi contoh nyata bahwa kombinasi kreativitas, inovasi, dan dukungan masyarakat dapat menjadikan budaya tradisional sebagai aset ekonomi yang berkelanjutan.

Ke depan, Batik Barata diharapkan terus berkembang, melibatkan lebih banyak tenaga kerja lokal, dan memperluas pasar. Dukungan pemerintah dan komunitas setempat dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan UMKM ini. Dengan inovasi dan pemeliharaan kualitas produk, Batik Barata tidak hanya akan menjadi simbol budaya Desa Tegalwaru, tetapi juga menjadi inspirasi bagi desa lain untuk memanfaatkan potensi lokal secara optimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index