JAKARTA - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel/NCKL) mencatatkan laba kuartal II-2025 yang melampaui perkiraan analis, menjadi sinyal kuat bagi investor mengenai daya saing perusahaan di sektor nikel. Laba bersih NCKL pada periode tersebut tercatat Rp 2,2 triliun, meski turun 2,2% secara kuartalan, namun tumbuh 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Akumulasi laba semester I-2025 mencapai Rp 4,1 triliun, melampaui estimasi Samuel Sekuritas dan konsensus pasar.
Menurut analis Samuel Sekuritas, Juan Harahap dan Brandon Boedhiman, kinerja di atas ekspektasi ini terutama didorong oleh kontribusi joint venture (JV) yang lebih tinggi dari perkiraan. "Perolehan laba NCKL berada di atas perkiraan kami dan konsensus, karena kontribusi JV yang lebih tinggi dari ekspektasi," tulis mereka.
Keberhasilan ini tidak hanya menjadi indikator kesehatan keuangan perusahaan, tetapi juga menegaskan posisi NCKL sebagai pemain utama di industri nikel nasional.
Proyek Strategis Mendorong Pertumbuhan
Selain kinerja laba, Harita Nickel tengah fokus pada pengembangan proyek strategis yang diyakini akan memperkuat posisi perusahaan di pasar nikel. Fase pertama proyek KPS RKEF telah selesai, sementara fase kedua konstruksinya mencapai 69% dan ditargetkan mulai produksi pada kuartal IV-2025 dengan kapasitas 60 ribu ton per tahun.
Fase ketiga proyek sedang berjalan dengan progres 30% dan dijadwalkan COD pada kuartal I-2026. Total investasi untuk proyek ini mencapai US$ 1,9 miliar.
Di sisi hulu, tambang GTS diperkirakan mulai beroperasi pada semester II-2025. Selain itu, NCKL membangun pabrik quicklime berkapasitas 600 ribu ton per tahun dengan investasi US$ 70 juta, yang dijadwalkan mulai produksi pada kuartal IV-2025. Menurut analis, fasilitas ini akan menekan biaya operasional HPAL dan mendukung efisiensi produksi.
Penyesuaian Proyeksi Laba
Dengan keberhasilan proyek dan kinerja JV yang solid, Samuel Sekuritas melakukan revisi naik terhadap proyeksi laba NCKL. Laba 2025 dan 2026 masing-masing dinaikkan sebesar 15,2% dan 34,4%, sementara proyeksi 2027 disesuaikan naik 7,8%. Penyesuaian ini didorong oleh peningkatan kontribusi JV, termasuk kepemilikan 40% di PT Obi Nickel Cobalt (ONC), serta penurunan estimasi biaya tunai setelah perbaikan pada semester I-2025.
Investasi proyek yang sepenuhnya dibiayai ekuitas pada periode harga nikel tinggi membantu mengurangi risiko eksekusi, sekaligus memberi keunggulan kompetitif di tengah tren harga logam global yang cenderung melemah.
Rekomendasi Saham dan Target Harga
Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk saham NCKL, dengan target harga Rp 1.300 per lembar saham. Target ini berbasis sum of the parts (SOTP) dan mencerminkan estimasi valuasi P/E 2026 sebesar 8,3 kali.
Menurut analis, meski harga nikel global berpotensi melemah akibat penurunan permintaan dari China dan perubahan regulasi, katalis positif tetap ada. Strategi efisiensi biaya, pengembangan proyek yang matang, serta kontribusi JV yang meningkat membuat prospek jangka panjang NCKL tetap menarik bagi investor.
Prospek Jangka Panjang
Saham NCKL tetap menjadi pilihan unggulan di sektor pertambangan nikel Indonesia. Dengan biaya tunai terendah di industri dan proyek yang mendukung pertumbuhan, NCKL mampu menghadapi volatilitas pasar global. Selain itu, investasi berkelanjutan di proyek-proyek strategis, baik di sektor hulu maupun hilir, menunjukkan komitmen perusahaan untuk menjaga posisi kompetitif.
Ke depan, penyelesaian fase produksi proyek KPS RKEF, operasi tambang GTS, serta pabrik quicklime akan semakin memperkuat struktur biaya perusahaan, memberikan dukungan terhadap pertumbuhan laba dan nilai saham. Dengan demikian, meskipun menghadapi fluktuasi harga nikel, NCKL diproyeksikan tetap mampu mencatatkan kinerja yang stabil dan menarik minat investor dalam jangka panjang.